BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu berharap yang terbaik
untuk janin di dalam kandungan. Tak urung tiap kali melakukan pemeriksaan ke
dokter atau bidan, ibu akan bertanya-tanya bagaimana keadaan janin.
Pemantauan janin tentunya tidak bisa dilakukan dengan kasat mata.
Maka dari itu, biasanya pemantauan dilakukan dengan mendengarkan denyut
jantungnya. Bukan hanya memantau apakah denyut jantung janin keras atau lemah,
tetapi kita juga bisa melihat
keadaan janin dalamkandungan dengan menggunakan USG.
USG (Ultrasonografi) yaitu gelombang suara
yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya
ditampilkan dalam layar monitor.
Ekstraktor vacum adalah
alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk
melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi
tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan penulisan makalah ini
adalah
1. Mengetahui pengertian, jenis, langkah
pemeriksaan, cara pemakaian, pemeliharaan, dan penyimpanan Doppler.
2. Mengetahui pengertian, kegunaan, cara kerja, cara
pemeriksaan, jenis pemeriksaan, dan manfaat USG.
3. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, pelaksanaan,
indikasi, kontraindikasi, syarat, alat, langkah klinik, komplikasi, dan kerugian
Ekstraksi
Vacum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Doppler
1. Pengertian Doppler
Fetal
Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di dalam kandungan sang
ibu. Gunanya untuk memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan normal, dengan
ditandai adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi
detak jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).
Dibawah ini terdapat salah satu
contoh
alat
doppler
yang
bisa
sebagai pengetahuan. Alat
ini
merupakan Ultrasonic Fetal Doppler
dimana
digunakan untuk mendiagnosa detak
jantung janin pada masa kehamilan.
Dengan bantuan
probe alat ini meradiasi
gelombang ultrasonik dan organ yang
bergerak seperti hati, aliran darah. Sinyal ultrasonik akan menginterprestasikan setiap perubahan yang terjadi. Alat ini dapat secara otomatis
mengukur detak jantung
dengan menggunakan
teknologi mikroprosesor dan output secara digital.
2. Sensor Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang akustik yang memiliki frekuensi
mulai 20 kHz hingga sekitar 20 MHz. Frekuensi kerja yang digunakan dalam
gelombang ultrasonik bervariasi tergantung pada medium yang dilalui, mulai dari
kerapatan rendah pada fasa gas, cair hingga padat. Jika gelombang ultrasonik
berjalan melaui sebuah medium, Secara matematis besarnya jarak dapat dihitung
sebagai berikut:
s = v.t/2 ………………….Pers (1)
dimana s adalah jarak dalam satuan meter, v adalah kecepatan suara yaitu
344 m/detik dan t adalah waktu tempuh dalam satuan detik. Ketika gelombang
ultrasonik menumbuk suatu penghalang maka sebagian gelombang tersebut akan
dipantulkan sebagian diserap dan sebagian yang lain akan diteruskan.
Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang mengubah
besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik. Pada sensor ini gelombang
ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah benda yang disebut piezoelektrik.
Piezoelektrik ini akan menghasilkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 40
kHz ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Sensor ultrasonik
secara umum digunakan untuk suatu pengungkapan tak sentuh yang beragam seperti
aplikasi pengukuran jarak. Alat ini secara umum memancarakan gelombang suara
ultrasonik menuju suatu target yang memantulkan balik gelombang kearah sensor.
Kemudian sistem mengukur waktu yang diperlukan untuk pemancaran gelombang
sampai kembali kesensor dan menghitung jarak target dengan menggunakan
kecepatan suara dalam medium. Rangkaian penyusun sensor ultrasonik ini terdiri
dari transmitter, reiceiver, dan komparator. Selain itu, gelombang ultrasonik
dibangkitkan oleh sebuah kristal tipis bersifat piezoelektrik.
a. Piezoelektrik
Kristal piezoelektrik ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques pada tahun
1880, dengan tebal ,85 mm. Bila kristal ini diberi tegangan listrik, maka
lempengan kristal akan mengalami vibrasi sehingga timbullah ultrasonik .
Sebaliknya , vibrasi pada kristal akan menghasilkan listrik . Oleh karena itu maka kristal piezo elektrik
digunakan sebagai transduser pada Fetal Doppler.
Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai dalam bidang kedokteran
disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk diagnostik digunakan frekuensi 1 – 5 MHz dengan daya 0,01 W/cm2.
Untuk terapi digunakan daya 1 W/cm2, bahkan untuk menghancurkan kanker
diperlukan daya 1000 W/cm2.
Dasar penggunaan ultrasonik adalah efek, Doppler, yaitu terjadi perubahan
frekuensi akibat adanya pergerakan pendengar, sebaliknya dan getaran yang dikirim ke obyek
akan direfleksikan oleh obyek itu sendiri .
Sensor
piezoelektrik secara langsung mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Tegangan input yang digunakan menyebabkan bagian keramik meregang dan
memancarkan gelombang ultrasonik. Tipe operasi transmisi elemen piezoelektrik
sekitar frekuensi 32 kHz. Efisiensi lebih baik, jika frekuensi osilator diatur
pada frekuensi resonansi piezoelektrik dengan sensitifitas dan efisiensi paling
baik. Jika rangkaian pengukur beroperasi pada mode pulsa elemen piezoelektrik
yang sama dapat digunakan sebagai transmitter dan reiceiver. Frekuensi yang
ditimbulkan tergantung pada osilatornya yang disesuiakan frekuensi kerja dari
masing-masing transduser. Karena kelebihannya inilah maka tranduser
piezoelektrik lebih sesuai digunakan untuk sensor ultrasonik.
b. Transmitter
Transmitter
adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemancar gelombang ultrasonik dengan
frekuensi sebesar 40 kHz yang dibangkitkan dari sebuah osilator. Untuk
menghasilkan frekuensi 40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan
keluaran dari osilator dilanjutkan menuju penguat sinyal. Besarnya frekuensi
ditentukan oleh komponen kalang RLC / kristal tergantung dari disain osilator
yang digunakan. Penguat sinyal akan memberikan sebuah sinyal listrik yang
diumpankan ke piezoelektrik dan terjadi reaksi mekanik sehingga bergetar dan
memancarkan gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi pada osilator.
c. Receiver
Receiver
terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik, yang
berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter
yang dikenakan pada permukaan suatu benda atau gelombang langsung LOS (Line of
Sight) dari transmitter. Oleh karena bahan piezoelektrik memiliki reaksi yang
reversible, elemen keramik akan membangkitkan tegangan listrik pada saat
gelombang datang dengan frekuensi yang resonan dan akan menggetarkan bahan
piezoelektrik tersebut.
3. Jenis Dopplers
Perbedaan Dopplers yang digunakan di rumah atau rumah sakit sebagai berikut:
· Produsen : Produsen yang populer adalah Nicolet, Huntleigh, Summit Doppler, EchoHeart, Ultrasound
Technologies (Seward / Wakeling), Parks Medical Electronics (as Obstetrical
Dopplers), dan Sunray.
· Jenis Probe : Tahan air atau tidak. Waterproof probe digunakan untuk proses melahirkan di air.
· Frekuensi : 2–3 MHz probe.
Kebanyakan praktisi dapat menemukan detak jantung dengan probe baik. Probe 3 MHz dianjurkan untuk mendeteksi denyut jantung pada awal kehamilan
(8-10 minggu kehamilan). Probe 2 MHz
dianjurkan bagi wanita hamil yang kelebihan berat badan. Probe 5 MHz EchoHeart transvaginal Doppler janin Probe
membantu dalam deteksi Denyut jantung
janin (FHT) di awal kehamilan (6-8 minggu) dan untuk pasien yang memiliki rahim
retroversi atau selama kehamilan untuk deteksi FHT untuk wanita yang mengalami
obesitas.
· Tampilan Denyut
jantung : Beberapa Dopplers secara otomatis
menampilkan denyut jantung, dan Doppler yang lain harus dihitung manual.
4. Langkah-langkah pemeriksaan
a. Baringkan ibu hamil dengan posisi
terlentang
b. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan
digunakan
c. Tempelkan doppler pada perut ibu
hamil didaerah punggung janin.
d. Hitung detak jantung janin :
i. Dengar detak
jantung janin selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-140 / menit.
ii. Beri penjelasan
pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
e. Jika pada pemeriksaan detak jantung
janin, tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi
penjelasan dan pasien dirujuk ke RS.
f. Pasien dipersilahkan bangun
g. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada
buku Kart Ibu dan Buku KIA
5. Prinsip Kerja Pesawat Fetal
Doppler
· Sebuah
lapisan tipis dari jelly ditempatkan antara probe dan kulit untuk memastikan
semua suara memasuki tubuh.
· Probe berisi
pemancar dan penerima.
· Sebuah pulsa
Ultrasound dikirimkan oleh pemancar.
· Pulsa
tercermin dari permukaan dan kembali ke penerima.
· Mesin Ultrasound mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pulsa
untuk kembali.
6. Pemantauan janin
Pemantauan
janin tak bisa dilakukan secara kasat mata, karena ia masih “bersembunyi” dalam
rahim. Umumnya, pemantauan dilakukan dengan cara mendengar denyut jantung
janin. Bukan hanya keras atau lemahnya denyut jantung, tetapi juga perubahan
iramanya, terutama saat terjadi kontraksi rahim. Kenapa? Ketika janin stres,
denyut jantung yang tadinya berirama dan kuat, bisa saja jadi tidak berirama
dan melemah. Informasi ini perlu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
toleransi janin terhadap proses persalinan. Dokter juga bisa tahu apakah perlu
intervensi atau tidak.
Sebagai
catatan, denyut jantung normal yang menunjukkan bahwa janin tidak mengalami
stres adalah 120-160 per menit, dengan variabilitas sekitar 5-25 denyut per
menit.
7. Denyut Jantung Janin
Dimulai pada
minggu ke-5, jantung janin akan semakin cepat pada tingkat 3,3 denyut perhari
untuk bulan berikutnya. Jantung janin mulai berdetak pada tingkat kurang lebih
sama seperti ibu, yang 80-85 bpm. Dibawah ini gambaran perkiraan denyut jantung
janin selama 5 sampai 9 minggu, dengan asumsi tingkat awal dari 80.
· Minggu 5 dimulai pada 80 dan berakhir pada 103 bpm
· Week 6 starts at 103 and ends at 126 bpmMinggu 6 dimulai pada 103 dan berakhir
di 126 bpm
· Week 7 starts at 126 and ends at 149 bpmMinggu 7 dimulai pada 126 dan
berakhir di 149 bpm
· Week 8 starts at 149 and ends at 172 bpmMinggu 8 dimulai pada 149 dan
berakhir di 172 bpm
· At week 9 the fetal heartbeat tends to beat within a range of 155 to 195
bpm.Pada minggu 9 detak jantung janin cenderung untuk mengalahkan dalam jarak
155-195 bpm.
Denyut
jantung janin akan mulai menurun dan umumnya akan jatuh dalam kisaran 120-160
bpm oleh minggu 12.
8. Cara Pemakaian Doppler Biosys Ifm 500 :
· Untuk menghidupkan Doppler tekan tombol On/Off yang ada disebelah kiri
Doppler. Tekan tombol On/Off “Θ”
tersebut sampai Doppler hidup dan ada bunyi “Bip”.
· Letakkan Probe Doppler pada bagian atas perut ibu hamil yang sudah diberi
ultrasonic Gel.
· Hasil pengukuran denyut janin akan tampil pada display yang ada pada
Doppler.
· Untuk mematikan Doppler maka tekan tombol On/Off “Θ” tersebut sampai Display mati dan ada bunyi “Bip”.
9. Cara Perawatan Doppler Biosys Ifm 500 :
· Bersihkan sisa Gel yang menempel pada Probe Doppler setelah
pemeriksaanmenggunakan Lap lembut yang sudah dibasahi sedikit Alkohol sampai
bersih, lalu keringkan dengan lap lembut yang kering.
· “Karena jika sisa Gel yang menempel pada Probe
Doppler tidak dibersihkan setelah pemeriksaan, maka akan memyebabkan kerusakan
pada Probe Doppler”.
· Simpan Doppler di tempat bersih yang tidak berdebu dan tidak lembab.
Jauhkan dari binatang – binatang kecil yang dapat menyebabkan kerusakan pada
unit seperti ( semut, nyamuk, dan kecoak
).
· Mohon anjuran diatas diperhatikan dan dilakukan
agar unit doppler dapat bertahan lama penggunaannya
10. Pemeliharaan Doppler
a. 3 Bulanan :
· Cek dan bersihkan bagian – bagian
alat
· Cek baterai, ganti bila perlu
· Cek dan bersihkan probe dengan kain halus dan gunakan air hangat atau sabun
lunak
· Cek pengatur volume / sound level
· Cek suara keluaran
·
Cek konektor probe dan bersihkan
b. 1
Tahunan
· Cek kebocoran arus listrik
· Cek hubungan pembumian
11. Penyimpanan
· Kembalikan posisi volume / sound level regulator ke posisi minimum.
· Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol on/ off ke posisi off.
· Lepaskan hubungan alat dari catu daya atau kecuali (yang memakai baterai ).
· Bersihkan probe
· Letakkan probe pada tepatnya
· Pasang penutup debu
· Simpan alat pada tempatnya.
B.
USG
1.
Pengertian
USG
USG (Ultrasonografi) adalah suatu
alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu
gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang
kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
2. Kegunaan USG
Secara
umum kegunaan USG adalah membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan
organ tubuh. Salah satu contoh ultrasonografi adalah Sonografi
obstetric yang digunakan oleh dokter spesialis kebidanan untuk
memperkirakan usia kandungan, memperkirakan hari persalinan dan juga dapat
membantu melihat adanya kelainan pada kandungan/janin.
3. Skema cara kerja USG
a.
Transduser
Transduser adalah komponen USG yang
ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau
dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat
kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh
transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik
(gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah
gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer
sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
b.
Monitor Monitor yang digunakan dalam
USG
c.
Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG
dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang.
Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen
yang sama seperti pada CPU pada PC, USG merubah gelombang menjadi gambar.
4. Cara pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Pervaginam
Memasukkan probe USG
transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
1. Dilakukan pada kehamilan di bawah
8 minggu.
2. Lebih mudah dan ibu tidak perlu
menahan kencing.
3. Lebih jelas karena bisa lebih
dekat pada rahim.
4. Daya tembusnya 8-10 cm dengan
resolusi tinggi.
5. Tidak menyebabkan keguguran.
b) Perabdominan
1. Probe USG di atas perut.
2. Biasa dilakukan pada kehamilan
lebih dari 12 minggu.
3. Karena
dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru
menembus rahim.
Pemeriksaan
dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
1. Saat
pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya
pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining
awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh
pada layar monitor.
2. Usia
kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih
dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat
sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang
terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm.
Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka,
detail jantung, detail kaki dan sebagainya. Selain itu, penggunaan alat USG
dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
a)
Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
b) Bila perlu
pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah
melintang, kepala turun, dan lainnya.
5. Jenis pemeriksaan USG
a.
USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
b.
USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada
tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip
seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat
dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
c.
USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya
istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang
diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar
janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
d.
USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan
pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk
menilai keadaan / kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini
meliputi:
1). Gerak napas
janin (minimal 2x/10 menit).
2). Tonus (gerak
janin).
3). Indeks
cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4). Doppler
arteri umbilikalis.
5). Reaktivitas
denyut jantung janin.
d. saat tepat pemeriksaan
6. Manfaat USG
a. Trimester I
1). Memastikan hamil atau tidak.
2). Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda
kehidupannya.
3). Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
4). Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut
janin, dan sebagainya.
b. Trimester II:
1). Melakukan penapisan secara menyeluruh.
2). Menentukan lokasi plasenta.
3). Mengukur panjang serviks.
c. Trimester III:
1). Menilai kesejahteraan janin.
2). Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
3). Melihat posisi janin dan tali pusat.
4). Menilai keadaan plasenta.
C. Vacum Ekstraksi
1. Pengertian Vacum Ekstraksi
Ekstraksi
vakum ialah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negative (vakum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.2001:331)
Ekstraksi
vakum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2007:495)
Vakum
ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
akstraksi tenaga negative (vakum) di kepalanya (Kapita Selekta, 2001).
Menurut Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2007) vakum ekstraksi
adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut
Saifudi (2002), vakum ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut
Sarwono (2007) Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip
antara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Ekstraktor
vacum adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk
melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala.
2. Prinsip Kerja Vacum Ekstraksi
Prinsip dari
cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada
kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan
melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan
untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan
pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum, prinsip kerja vakum
ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara
memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor
vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
3.
Pelaksana
Vakum Ekstraksi
Vakum
ekstraksi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli. Adapun pelaksana
tindakan vakum ekstraksi adalah dokter dan bidan terlatih. Syarat bidan yang
boleh melakukan vakum ekstraksi, yaitu bidan yang bertugas di Rumah Sakit atau
minimal Puskesmas PONED bekerja sama/berada dibawah perintah dokter spesialis
obstetri ginekologi. Pelaksanaannya dilakukan minimal oleh dua bidan.
4. Indikasi Vakum Ekstraksi
a. Indikasi Ibu
1). Power Ibu Menurun
tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, nafas cepat > 40x/mnt
2). Decom Tingkat I
tanda: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
3). Tekanan Darah Naik
tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
4). Tidak Kuat Mengejan
penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penrunan.
5). Adanya Kenaikan Suhu
suhu naik lebih dari normal, > 37,5
b. Indikasi Janin
1). Gawat Janin
djj janin 160x/mnt
c. Indikasi Waktu
1). Kala II Memanjang
tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
a. Indikasi Ibu
1). Power Ibu Menurun
tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, nafas cepat > 40x/mnt
2). Decom Tingkat I
tanda: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
3). Tekanan Darah Naik
tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
4). Tidak Kuat Mengejan
penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penrunan.
5). Adanya Kenaikan Suhu
suhu naik lebih dari normal, > 37,5
b. Indikasi Janin
1). Gawat Janin
djj janin 160x/mnt
c. Indikasi Waktu
1). Kala II Memanjang
tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
5. Kontraindikasi Vakum Ektraksi
a. Ibu : ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan, CPD.
b. Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala),
kepala menyusul, bayi premature, gawat janin, capur succedaneum yang sudah besar.
a. Ibu : ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan, CPD.
b. Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala),
kepala menyusul, bayi premature, gawat janin, capur succedaneum yang sudah besar.
6. Syarat
Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum
• Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
• Presentasi kepala
• Janin cukup bulan (tidak prematur)
• Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik)
• Anak hidup dan tidak gawat janin
• Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul)
• Kontraksi baik
• Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
• Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum
• Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
• Presentasi kepala
• Janin cukup bulan (tidak prematur)
• Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik)
• Anak hidup dan tidak gawat janin
• Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul)
• Kontraksi baik
• Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
• Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
7. Alat-Alat Ekstraksi Vacum
a. Mangkok ( cup )
a. Mangkok ( cup )
Mangkok ini
dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat mencekam
kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang
terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk
plastic kurang traumatis disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya
berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:
• Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
• Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
Tonjolan
landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )
Pada vacuum
bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan atau
udara.
b. Rantai Penghubung
b. Rantai Penghubung
Rantai
mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.
c. Pipa Penghubung
c. Pipa Penghubung
Terbuat dari
pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan
negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan
botol.
d. Botol
d. Botol
Merupakan
tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut
tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll )
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
- Saluran manometer
- Saluran menuju ke mangkuk
- Saluran menuju ke pompa penghisap
e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
- Saluran manometer
- Saluran menuju ke mangkuk
- Saluran menuju ke pompa penghisap
e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
8. Langkah klinik
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan sebelum tindakan
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan sebelum tindakan
1). Pasien
a). Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
b). Uji fungsi dan perlrngkapan peralatan vakum.
c). Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
d). Medikamentosa
a. Oksitosin
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5) Larutan antiseptic (povidon iodine 10%)
6) Oksigen dengan regulator
7) Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 set. Klem ovum: 2
c. Cunam tampon: 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai): 2
e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
b). Uji fungsi dan perlrngkapan peralatan vakum.
c). Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
d). Medikamentosa
a. Oksitosin
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5) Larutan antiseptic (povidon iodine 10%)
6) Oksigen dengan regulator
7) Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 set. Klem ovum: 2
c. Cunam tampon: 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai): 2
e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
2). Penolong (operator dan asisten)
a) Baju kamar
tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata pelindung: 3 set
b) Sarung
tangan DTT/steril: 4 pasang
c) Alas kaki (sepatu/”boot”
karet): 3 pasang
d) Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Stetoskop dan tensimeter: 1
b. Stetoskop dan tensimeter: 1
c. Bayi
1) Instrument
a. Penghisap lendir dan penekan lidah: 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23/insulin (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
i. Alat resusitasi bayi
a. Penghisap lendir dan penekan lidah: 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23/insulin (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
i. Alat resusitasi bayi
2) Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan dekstrose 10%
3) Oksigen dengan regulator
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan dekstrose 10%
3) Oksigen dengan regulator
d. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk
menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan untuk menolong
bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien ke rumah sakit.
3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien ke rumah sakit.
3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
e. Pemasangan
Mangkok Vakum
1. Masukkan mangkok vakum melalui
introitus vagina secara miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada
kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkk tidak terpasang pada bagian yang tidak
rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).
2. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.
2. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.
f. Penarikan
1. Pada fase acme (puncak) dari his,
minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan dengan pengait
mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari
tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi )
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomy (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
3. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomy (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
3. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
g. Melahirkan
bayi
1. Kepala bayi dipegang biparietal,
gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian gerakkan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
h. Lahirkan
plasenta
1. Suntikkan oksitosin, lakukan
traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan mendorong
uterus ke arah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).
3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).
3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).
i. Eksplorasi
jalan lahir
1. Masukkan speculum sim’s/L atas
dan bawah pada vagina
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding vagina di tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.
Bila dilakukan episiotomy, lanjutkan ke langkah J.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding vagina di tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.
Bila dilakukan episiotomy, lanjutkan ke langkah J.
j. Penjahitan
episiotomi
1. Pasang penopang bokong (beri alas
kain). Suntikkan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam tabung suntik) pada
sisi dalam luka episiotomy (otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas
dan bawah.
2. Uji hasil iinfiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomy bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan povidon iodine pada tempat jahitan episiotomy.
2. Uji hasil iinfiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomy bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan povidon iodine pada tempat jahitan episiotomy.
k. Dekontaminasi
l. Cuci tangan pasca tindakan
n. Perawatan pasca tindakan
l. Cuci tangan pasca tindakan
n. Perawatan pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda vital
pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai
9. Yang Harus Diperhatikan Dalam
Tindakan Ektraksi Vacum
- Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
- Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
- Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
- Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
- Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
- Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
- Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature
- Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
- Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
- Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
- Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
- Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
- Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
- Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature
10. Kriteria kegagalan
• Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
• Mangkuk terlepas 3x
Penyebab kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negative dibuat terlalu cepat, selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui.
• Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
• Mangkuk terlepas 3x
Penyebab kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negative dibuat terlalu cepat, selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui.
11. Komplikasi
• Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir
• Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, fraktur klavikula.
2.11 Keuntungan Tindakan Vakum Ekstraksi
Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekwensi SC
Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).
• Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir
• Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, fraktur klavikula.
2.11 Keuntungan Tindakan Vakum Ekstraksi
Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekwensi SC
Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).
12. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di dalam
kandungan sang ibu. Gunanya untuk memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan
normal, dengan ditandai adanya denyut jantungnya.
USG (Ultrasonografi) adalah suatu
alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu
gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang
kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Ekstraktor vacum adalah alat yang menggunakan daya
hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala.
B.
Saran
Dalam menggunakan alat Doppler dan USG sebaiknya
dilakukan dengan hati hati dan teliti, cara perawatan dan penyimpanan harus
dilakukan dengan benar.
Penggunaan vacuum ekstraksi dilakukan oleh
tenaga yang sudah ahli, dan dilakukan dalam keadaan darurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusuma,C.F.2013.”Doppler”.http://ekgmurah.blogspot.com.diakses tanggal 24
oktober 2013 pukul 19.10 WIB.
Luria, Ingrassia.2012”Persalinan dengan ekstrasi vacuum”. http://luriaingrassia.blogspot.com. diakses tanggal 24 Oktober 2013 pukul 18.08 WIB.
Dharmanto, wali.2012.”Pemeriksaan denyut jantung janin”. http://walidharmanto.blogspot.com. Diakses
tanggal 24 Oktober 2013 pukul 18.45 WIB
http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/usg. diakses tanggal 24 Oktober 2013 pukul 19.43 WIB
Dyan,rizqi.2012.”vacuum ekstraksi”http://rizqidyan.wordpress.com. diakses
tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 19.05 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar